sumber: anharz.wordpress.com
Pada saat ini, kita hidup di zaman globalisasi atau bisa juga disebut zaman
modernisasi. Modernisasi sendiri dalam ilmu sosial merujuk pada bentuk
transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang
lebih baik dengan harapan kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik.
Modernisasi mencakup banyak bidang, contohnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Di zaman modernisasi seperti sekarang, manusia sangat bergantung pada
teknologi. Hal ini membuat teknologi menjadi kebutuhan
dasar setiap orang. Dari
orang tua hingga anak muda, para ahli hingga orang awam pun menggunakan
teknologi dalam berbagai aspek kehidupannya. Para petani yang bekerja di ladang
juga menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil panennya, contohnya adalah
penggunaan traktor mesin yang lebih cepat dan efisien jika dibandingkan dengan
bajak yang ditarik oleh seekor kerbau.
Kebutuhan manusia akan teknologi juga didukung dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi berkembang
secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang dan semakin mendunia. Hal
ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi dan penemuan yang sederhana
hingga sangat rumit. Bahkan, kurang dari 10 tahun terakhir, teknologi handphone
yang awalnya hanya sebuah alat komunikasi nirkabel berkembang menjadi alat
komunikasi yang dapat mengambil foto, merekam video, mendengarkan musik, dan
mengakses internet dalam hitungan detik.
Perkembangan teknologi saat ini merupakan dasar untuk mengembangkan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu negara didasarkan atas
seberapa jauh ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh negara
tersebut. Hal ini sangat beralasan dikarenakan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan dasar dari setiap aspek kehidupan manusia.
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup dalam lingkungan
global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam maju mundurnya penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri.
Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia dianggap belum terlalu maju
dalam penguasaan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut mantan Menteri dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Armida Alisjahbana, kemajuan teknologi di Indonesia masih rendah. Ada beberapa
indikator yang membuktikan rendahnya tingkat teknologi di Indonesia, seperti
kurangnya kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor industri, sinergi
kebijakan masih lemah, dan sedikitnya jumlah ilmuwan di Indonesia.
Berdasarkan data United Nation for Development Program (UNDP) pada tahun
2013, indeks pencapaian teknologi Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 72
negara. Ukurannya berdasarkan kepada penciptaan teknologi yang dilihat dari
perolehan hak paten dan royalti atas karya dan penemuan teknologi, difusi
inovasi teknologi mutakhir yng diukur dari jumlah pengguna internet dan besaran
sumbangan ekspor teknologi terhadap barang ekspor, difusi inovasi teknologi
lama yang dilihat dari jumlah pengguna telepon dan pemakai listrik, tingkat
pendidikan penduduk berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun
ke atas, dan angka partisipasi kasr penduduk yang menempuh pendidikan tinggi di
bidang iptek.
Rendahnya kemajuan teknologi di Indonesia terlihat di Indonesia terlihat
dari minimnya anggaran pemerintah untuk riset. Walaupun pada tahun 2010
pemerintah Indonesia telah mengalokasikan dana sejumlah 1,9 triliun rupiah
(sekitar $205 juta) untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, ternyata dana ini hanya 0,85 dari pendapatan domestik bruto (PDB)
per tahun. Jika dibandingkan dengan dana riset di Cina yang berjumlah 2%,
Jepang yang berjumlah 3,4%, dan Korea Selatan 4,04% dari PDB, maka bisa
disimpulkan bahwa Indonesia cukup tertinggal jauh.
Selain itu, kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang sektor
produksi di Indonesia juga masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari kurangnya
efisiensi, rendahnya produktivitas, dan minimnya kandungan teknologi dalam barang
ekspor. Ekspor produk manufaktur didominasi oleh produk dengan teknologi rendah
sebanyak 60%.
Berdasarkan beberapa fakta yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia masih sangat rendah
bahkan bisa dibilang tertinggal jika dibandingkan negara-negara lain.
Hendaknya, kita terus meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk memajukan negara kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar